photo Assalamualaikum-kupu-kupu.gif

Monday, March 7, 2016

Filled Under:

TOKOH FALSAFAH BARAT | SOCRATES


ZAMAN FALSAFAH SOCRATES, PLATO DAN ARISTOTLE.

      Kemudian muncullah tokoh-tokoh yang agung dalam bidang falsafah barat iaitu Socrates, Plato dan Aristotle. Persoalan-persoalan tentang pandagan dunia mencapai kedalaman dan keluasan sepenuhnya serta dimasukkan ke dalam skim pengertian dengan penggunaan akal. Socrates mengalihkan falsafah dari langit ke bumi, ertinya sasaran yang difikirkan  bukan lagi alam semesta  melainkan manusia. Selepas Socrates, anak muridnya Plato menjadi salah seorang ahli falsafah yang agung dalam sejarah falsafah barat. Pemikiran beliau merangkumi segala persoalan yang mendahuluinya. Selepas beliau, anak muridnya Aristotle menjadi seorang ahli falsafah yang dikagumi , baik di barat mahupun di timur. Aristotle memperluaskan kesedaran falsafah meliputi segala bidang ilmiah , sambil mengemukakan bidang-bidang baru seperti logik dan sebagainya.  Kewibawaan Aristotle dalam bidang falsafah barat amat besar sehinnga ajarannya menguasai pemikiran Skolastik dan Neo-Skolastik. Asas-asas pemikirannya serta tujuan metodenya disusun dalam bentuk  pengertian yang sehingga kini masih disanjung tinggi oleh masyarakat sedunia. Socrates, Plato dan Aristotle memberikan segala sumbangan yang tidak berkubur bersama Zaman Yunani. Mereka juga mewujudkan pembetukan sistem yang besar dan luar biasa.[1]

 Gambaran Socrates
 BIOGRAFI SOCRATES

 Socrates dilahirkan di Athena [2]( 470 S.M  ). Dia bukan keturunan bangsawan atau orang berkedudukan tinggi. Melainkan anak dari seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete[3]. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates manggantikannya sebagai pemahat. Tetapi akhirnya dia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.
Di masa mudanya Socrates mendapat pendidikan normal dibidang sains, musik dan gimnastik. Semua ini merupakan subjek pelajaran yang berlaku umum dalam priode Yunani kuno. Dia dikenal juga sebagai pematung dan beberapa karyanya pernah ditampilkan disalah satu tempat di jalan menuju ke Acropolis di Athena.
Socrates mempunyai kepribadian yang sabar, rendah hati, yang selalu menyatakan dirinya bodoh. Meskipun dia orang yang berilmu, tapi dia dalam memilih orang yang jadi istri bukan dari golongan orang baik-baik dan pandai. Socrates Xantippe menikah dan memiliki tiga orang anak: Lamprocles, Sophroniscos dan Menexene. Selama hidupnya dia mengambil bagian pada tiga kampanye militer: pada awal perang Peloponesis, antara 432-429 SM, di 424 SM dalam pertempuran di Delion dan di 422 dalam ekspedisi Amphipolis.
Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum Sophist. Karena itu pokok pembahasan filsafat Socrates hampir sama dengan pokok pembahasan kaum Sophist. Tetapi ada perbezaan yang nyata antara pendapat Socrates dan pendapat kaum Sophist itu. Dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran para Sophist. Dia  membela yang benar dan yang baik sebagai nilai obyektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Dalam sejarah umat manusia, Socrates merupakan contoh istimewa dan selaku falsafah yang jujur juga berani. Karena populernya, Socrates yang tidak pernah bergambar, tergambar wajahnya dengan sejelas-jelasnya di muka tua dan muda berbagai keturunan. Dari gambarnya yang tergambar dalam jiwa setiap orang itu kemudian orang membuat patungnya yang serupa sekali dengan wajahnya yang sebenarnya.
Pada tahun 399 M, usia 37 tahun dia diadili di pengadilan Athena dan dituntut hukuman mati dengan tuduhan dia telah meracuni  pemikiran kaum muda dengan ajaran-ajarannya serta ketidak percayaannya pada ketuhanan (dewa-dewa), oleh para penuntutnya : Meletos, Anytos, dan Lycon. Socrates menolak Lysias, pengacara dan membela dirinya. Dia telah tinggal di penjara selama 30 hari dan selama waktu ini menerima kunjungan dari teman-temannya. Mereka mengusulkan dia rencana melarikan diri, tetapi Socrates menolaknya. Tidak sedikitpun Socrates takut dengan hukuman yang diterimanya, bahkan seorang temannya, muridnya maupun tentara yunani saat itu, meminta Socrates untuk menarik kata-kata dan pemikirannya. Namun ternyata Socrates justru memilih mati daripada mengkhianati kebenaran yang sudah diyakininya karena Bagi Socrates, mati dalam keyakninan lebih bernilai daripada mengorbankan keyakninan itu sendiri. Socrates berdedikasi jam terakhir hidupnya untuk percakapan dengan teman-temannya pada tema keabadian jiwa. Dia telah mandi dan sebelum matahari terbenam ia minum cangkir dengan racun dan kata-kata terakhirnya adalah: “Criton, aku berutang Asclepios satu ayam, jangan lupa untuk memberikannya”. Socrates meninggal pada tanggal 7 Mei 399 SM[4].

PEMIKIRAN SOCRATES

Bagi Socrates, falsafah bukanlah isi, bukan hasil, dan bukan juga ajaran yang berdasarkan dogma [5]yang tidak bisa dibantah, melainkan fungsi yang hidup. Falsafahnya mencari kebenaran, dia tidak mengajarkan, melainkan membantu mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang[6]. Oleh karena itu, metodenya disebut maieutik; menguraikan. Dalam mencari kebenaran, Socrates menggunakan hobinya, yakni selalu bertanya. Dia bertanya sana-sini, kemudian dipahaminya dengan baik apa yang telah dia pertanyakan. Maka jalan yang ditempuhnya dengan metode induksi dan definisi. Induksi menjadi dasar definisi. Induksi yang dimaksud socrates adalah dengan membandingkan secara kritis. Tentu yang dibandingkan adalah hasil dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dia kumpulkan. Menurut Socrates, orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Apabila budi adalah tahu, berdasarkan timbangan yang benar, maka jahatnya dari orang yang tidak mengetahui karena tidak mempunyai pertimbangan atau penglihatan yang benar. Namun jika kita melihat pada era sekarang, ternyata tidak hanya yang tidak tahu saja yang jahat, yang tahu pun bisa lebih jahat dari yang tidak tahu karena mereka bisa memanipulasi dan mencari-cari celah dari apa yang telah dia ketahui. Justru kejahatan dari orang-orang yang berpengetahuan inilah yang lebih berbahaya.
Socrates juga berbicara tentang keadilan, menurutnya keadilan adalah melaksanakan apa yang menjadi fungsi/pekerjaan sendiri sebaik-baiknya tanpa mencampuri fungsi/pekerjaan orang lain (the practice of minding one’s own business). Keadilan akan terwujud jika melakukannya secara baik, apapun sesuai dengan kempampuan dengan cara teamwork dan serasi dibawah pengarahan yang paling bijaksana (Filsuf). Fungsi tiap pihak dalam masyarakat adalah dapat melakukan sendiri, sesuatu yang dapat dilaksanakan secara lebih baik daripada mengerjakan hal lain. Dan tiap hal yang dikerjakan mengandung kebajikan (virtue).
 Terkait dengan pembahasan sebelumnya, Bartens menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini. Ajaran itu dutujukan untuk menentang ajaran relativisme Sophist. Dia ingin menegakkan sains dan agama. Kalau dipandang sepintas lalu, Socrates tidaklah banyak berbeza dengan orang-orang Sophist. Sama dengan orang Sophist, Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari pengalaman sehari-hari. Akan tetapi, ada perbezaan yang amat penting antara orang Sophist[7] dan Socrates. Socrates tidak menyetujui kaum Sophist.
Menurut pendapat Socrates ada kebenaran objektif, yang tidak bergantung pada saya atau pada kita. Ini memang pusat permasalahan yang dihadapi oleh Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran obyektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan – percakapan. Dia menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak salah, misalnya dia bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang, dsb. Menurut Xenophon, dia bertanya tentang salah dan tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan pengecut dll. Socrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban -jawaban lebih lanjut dan menarik kensekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitulah seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia ( kebingungan ). Akan tetapi, tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna. Metode yang biasa digunakan Socrates biasanya disebut dialektika yang berarti bercakap- cakap atau berdialog. Metode Socrates dinamakan “diaelektika” karena dialog mempunyai peranan penting didalamnya. Bagi Socrates pada waktu itu penemuan definisi bukanlah hal yang kecil maknanya, penemuan inilah yang akan dihantamkannya kepada relatifisme kaum Sophist.

 Orang Sophist beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang Sophist bahwa pengatahuan yang umum ada, yaitu definisi itu. Jadi, orang Sophist tidak seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah pengetahuan yang kebenaranya relatif. Socrates mengungkapkan bahwa memang ada pengetahuan yang umum, itulah definisi.
Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi relatifisme kaum Sophist. Jadi, kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran sains dan agama dapat dipegang bersama sebagainya, diperselisihkan sebagainya. Dan orang Athena mulai kembali memegang kaedah sains dan kaedah agama mereka.
Konsepnya tentang roh, terkenal tidak tentu ( indeterminate ) dan berpandangan terbuka (openminded ), jelas- jelas tidak agamis dan terlihat tidak mengandalkan doktrin-doktrin metafisik atau teologis. Juga tidak melibatkan komitmen-komitmen naturalistik atau fisik apapun, seperti pandangan tradisional bahwa roh adalah “ nafas “ yang menghidupkan. Sebenarnya juga tidak jelas bahwa ia sedang mencari kesepakatan bagi pendapatnya bahwa telah mengetahui dirinya sendiri. Oleh sebab itu haruslah dia mengenal dirinya lebih dulu. Maka dijadikanlah diri manusia oleh Socrates jadi sasaran filsafat, dengan mempelajari substan dan sifat – sifat diri itu. Dengan demikian menurut Socrates filsafat hendaklah berdasarkan kemanusiaan, atau dengan lain perkataan, hendaklah berdasarkan akhlak dan budi pekerti.
Socrates diakhir – akhir hidupnya banyak memperkatakan tentang akhirat dan hidup yang abadi kelak dibelakang hari. Dia mempercayai adanya akhirat, dan hidup yang abadi dibelakang hari itu, begitu juga tentang kekalnya roh. Socrates berpendapat bahwa roh itu telah ada sebelum manusia, dalam keadaan yang tidak kita ketahui. Biarpun, roh itu telah bertali dengan tubuh manusia, tetapi diwaktu manusia itu mati, roh itu kembali kepada asalnya semula. Sedangkan tentang mengenal diri Socrates menjadikan pedoman seperti pada pepatah yang berbunyi : “ kenalilah dirimu dengan dirimu sendiri [8]” ( Gnothisauton ). Pepatah ini dijadikan oleh Socrates jadi pokok filsafatnya. Socrates berkata : manusia hendaknya mengenaldiri dengan dirinya sendiri, jangan membahas yang diluar diri, hanya kembalilah kepada diri.
Manusia selama ini mencari pengetahuan diluar diri. Kadang – kadang dicarinya pengetahuan itu didalam bumi, kadang – kadang diatas langit, kadang – kadang didalam air, kadang – kadang diudara. Alangkah baiknya kalau kita mencari pengetahuan itu pada diri sendiri. Dia memang tidak mengetahui dirinya, maka seharusnya dirinya itulah yang lebih dahulu dipelajarinya, nanti kalau dia telah selesai dari mempelajari dirinya, barulah dia berkisar mempelajari yang lain. Dan dia tidak akan selesai selama – lamanya dari mempelajari dirinya. Karena pada dirinya itu akan didapatnya segala sesuatu, dalam dirinya itu tersimpul alam yang luas ini.
Menurut filsafat Socrates segala sesuatu kejadian yang terjadi di alam adalah karena adanya “ akal yang mengatur ” yang tidak lalai dan tidak tidur.[9] Akal yang mengatur itu adalah Tuhan yang pemurah. Dia bukan benda, hanya wujud yang rohani semata – mata. Pendapat Socrates tentang Tuhan lebih dekat kepada akidah tauhid. Dia menasihatkan supaya orang menjaga perintah – perintah agama, jangan menyembah berhala dan mempersekutukan Tuhan.
Tujuan filoSophist Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru Sophist, yang mengajarkan bahwa semuanya relative dan subjektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari.
Dalam mencari kebenaran itu, ia tidak mencari sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan Tanya jawab. Orang ke dua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan berdialog itu sendiri. Dia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang itu. Oleh sebab itu metodenya disebut Maieutik, menguraikan.


ANAK MURID SOCRATES

PLATO (428-348 SM)

      Plato telah dilahirkan dalam kalangan Aristokrat di Athens pada tahun 427 SM. Kehidupan zaman beliannya dipenuhi oleh suasana kekacauan politik. Di Bandar tersebut kerajaaan demokrasi telah dijatuhkan oleh kumpulan oligarki yang zalim pada tahun 411 SM. Ia kemudiannya digantikan oleh kerajaan demokrasi pada tahun 403 SM yang mengongkong kebebasan berfikir yang telah dibawa oleh Socrates. Ketidakstabilan politik dan tekana golongan imperialisme telah mencorakkan penulisan Plato tentang politik.
      Selepas Sembilan tahun kematian Socrates, Plato telah mengembara ke Mesir kemudiannya ke Magna Gracesia dimana beliau telah bertemu dengan ahli-ahli falsafah Phytogarean. Beliau kemudiannya kembali ke tempat asalnya dengan mengasaskan institut pengajian yang dinamakan Academy. Plato meninggal pada tahun 348 SM. Semasa penaklukan Philip ke atas Bandar Athens.[10] (Brehier 1962, 88-89)
      Adalah tidak benar anggapan yang mengatakan bahawa Plato hanya menekankan aspek taakulan lebih dari segalanya. Apa yang ditekankan oleh beliau ialah dalam sesuatu teori manusia hendaklah menggunakan akal fikirannya atau menumpukan kepada aktiviti taakulan[11] di samping merujuk kepada pengalaman bersifat praktikal ataupun kembali kepada observasi. Namun apa yang lebih ditekankan oleh beliau ialah hanya melalui proses pemikiran yang jitu lagi sistematik, maka seseorang boleh menggunakan akal dengan sebaik yang mungkin.
      Dari segi sikap keagamaannya pula, beliau adalah merupakan seorang ahli falsafah yang mempunyai kepercayaan agama dengan membawa pendekatan bahawa kewujudan tuhan boleh dibuktikan melalui aktiviti taakulan atau secara rasional. Umpamanya beliau berpendapat bahawa di sebalik dunia alam pancaindera yang bersifat tidak sempurna, terdapat sesuatu yang sifatnya lebih sempurna iaitu dunia Form (World of Forms). Sifat dunia pancaindera atau fizikal adalah tidak tetap kerana terikat kepada ukuran masa dan tempat yang sentiasa bergerak dan berubah. Keadaan ini adalah mustahil untuk disifatkan kepada Forms. Oleh yang demikian Plato menyimpulkan Forms adalah `the principles and stability`.
      Beliau juga menambah bahawa segala benda di dalam alam ini adalah tidak mungkin dapat bergerak dengan sendirinya kecuali melalui satu ruh (soul) yang terikat kepada undang-undang atau hukum. Ia bukanlah semata-mata satu ruh sebaliknya merupakan ruh yang mempunyai keupayaan untuk berfikir (rational soul) yang bertindak melalui alam yang dinamakan Tuhan.

NATURE PENULISAN PLATO

      Secara keseluruhannya beliau merupakan seorang pemikir yang sistematik yang selalu memberi nafas baru melalui penulisannya. Apa yang menarik ialah kejayaannya menghubungkan antara satu karya dengan karya yang lain. Umpamanya perbincangan beliau di dalam Theatetus mengenai tanggapan pancaindera mempunyai kaitan rapat dengan permasalahan kenikmatan psikologi di dalam karyanya Philebus.[12]
      Walau bagaimanapun berbeza dengan ahli-ahli falsafah yang lain, penulisan beliau disampaikan didalam tiga bentuk utama iaitu drama, diskusi atau dialog dan pendedahan secara berterusan (continuos exposition), yang meliputi berbagai subjek perbincangan. Di dalam konteks drama, Plato telah menampilkan karektor-karektor dengan dimulakan Socrates dan diikuti oleh mereka yang dikawani olehnya seperti ahli-ahli falsafah Sophist, ahli-ahli falsafah, kalangan aristocrat dan ahli-ahli politik Bandar Athen. Sebahagian daripada mereka ada yang masih hidup pada zamannya  dan sebahagiannya mempunyai ikatan kekeluargaan dengannya.
      Manakala dalam konteks kedua iaitu diskusi, ia merupakan satu siri hipotesis terhadap sesuatu. Selepas perbincangan dilakukan hipotesis tersebut akan diterima atau ditolak berdasarkan kebenarannya. Jika ditolak ia akan mengemukakan hipotesis kedua dan seterusnya sehingga menemui jawapan yang sebenar. Contohnya Charmides telah disoal oleh Socrates tentang nature sophyrosyne, lalu ia mendifinisikannya sebagai `in acting with order and deliberation`. Tetapi selepas perbincangan beliau telah memberi definisi sophyrosyne sebagai salah satu `the finest thing` di mana wujudnya pertentangan dengan fahamannya yang pertama tadi, maka Charmides perlu mengemukakan pengertian yang lain.
 Peranan Socrates ialah mendorong kepada pembentang sesuatu idea atau menguji kefahaman respondannya kepada sesuatu kebenaran. Bentuk ketiga penulisan Plato, pendedahan berterusan, dimana sesuatu perkataan itu seolah-olah dikeluarkan daripada mulut seseorang penutur seperti  Protagoras sedangkan sebenarnya ia dipaksa oleh Plato untuk berbuat demikian[13] (Brehier 1969, 92-99).
      Sebenarnya terdapat percanggahan pendapat tentang siapakah sebenarnya juru bicara di dalam karya-karyatersebut kerana Socrates langsung tidak menampilkan dirinya. Terdapat kalangan minoriti berpendapat bahawa ia sebenarnya adalah hasil karya Socrates sendiri, walau bagaimanapun pendapat ini disangkal oleh kebanyakan pengkaji yang berpendapat ia adalah hasil karya Plato sendiri.[14] (Fried 1934, 282-292).


  PENUTUP

 Socrates hidup kira-kira pada tahun 470-399 SM. Dia orang yang taat beragama, meyakini dasar – dasar  pengetahua. Socrates adalah orang pertama pada masa Yunani kuno yang berusaha membangun fondasi falsafahnya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan yang pada masa itu melemah karena pengaruh negatif kaum Sophist[15]. Menurut sejarah, dia berpendapat bahwa yang benar secara objektif itu ada, itu dapat di pegang. Kebenaran yang relative juga ada. Dia berusaha mengajak pemuda-pemuda Athena untuk mempercayai adanya kebenaran objektif, yang dapat dipegang. Dia  mengajak pemuda-pemuda itu kembali mempercayai agama mereka dengan menggunakan metode dialetika, dengan bercakap-cakap ke sana ke mari dan berhasil membuktikan adanya kebenaran yang objektif. Definisi atau pengertian umum merupakan penemuan Socrates yang terpenting. Ringkasnya, dia berhasil menyadarkan pemuda Athena bahwa ada kebenaran yang umum dan dapat dipegang, dan agama harus dianut kembali. Akan tetapi, hasil ini harus ditebus dengan hukuman mati dengan meminum racun, berdasarkan keputusan pengadilan Athena atas tuduhan telah merosakkan moral dan tidak mengakui adanya Dewa-dewa oleh Meletos, Anytos, dan Lycon.
Sedangkan hikmah[16] yang dapat kita ambil dari pemikiran Socrates adalah diterapkanya Etika dalam dunia pendidikan maupun dalam budaya melayu.  Karena Socrates dikenal sebagai tokoh dan sumber etika atau falsafah moral, dan juga falsafah secara umum




[1] Falsafah Ammah, Muzakarah Mahasiswa Ijazah, Susunan Ustazah Fatimah Binti Ali Bin Abdullah, KIAS. Ms/44-46.
[2] Athens ialah ibu kota serta bandar raya terbesar Greece dan tempat asal demokrasi. Dinamai sempena nama dewi Athena, Athens ialah salah sebuah bandar raya yang tertua di dunia. wikipedia.org
[3] Falsafah Ammah, Muzakarah Mahasiswa Ijazah, Susunan Ustazah Fatimah Binti Ali Bin Abdullah, KIAS. Ms/44.
[4] Harun Hadiwijono, “Sari Sejarah Filsafat Barat 1”, Kanisius, Jakarta, 1980, hlm. 32. (Harun Haiwijono, 1980: 32)
[5] Dogma (dari bahasa Yunani, adalah kepercayaan atau doktrin yang dipegang oleh sebuah agama atau organisasi.
[6] Luce, J.V 1992. An Introduction to Greek Philosophy. London: Thames and Hudson Ltd.
[7] Sophist – Mereka merupakan pendatang luar daripada Athen yang datang dengan berbagai kebudayaan dan bentuk pemikiran yang berbeza. Falsafah Islam, Prof. Madya Dr.Ismail Mohamad, Ph.D. (Malaya), Pusat Pengajian Jarak Jauh Universiti Kebangsaan Malaysia. 
[8] Socrates Quotes : "know thyself"  (Γνῶθι σαυτόν, gnóthi sautón),  Know Yourself – Socrates pdf.
[9] Pandangan falsafah Socrates, Sejarah Falsafah Abad Pertengahan -  Zaman Moden, Falsafah Islam, Ahmad Sunawari Long, M.A (Nottingham).
[10] (Brehier 1962, 88-89)
[11] Taakulan – adalah kebolehan berfikir secara logik lebih kepada aktiviti minda.
[12] . Falsafah Islam, Prof. Madya Dr.Ismail Mohamad, Ph.D. (Malaya), Pusat PJJ, UKM ms47
[13] Brehier 1969, 92-99
[14] Fried 1934, 282-292
[15] Merupakan pendatang – pendatang luar daripada Athens yang dating dengan berbagai kebudayaan dan pemikiran. ( Perkembangan Falsafah Zaman Greek
[16] Falsafah Ammah, Muzakarah Mahasiswa Ijazah, Susunan Ustazah Fatimah Binti Ali Bin Abdullah, KIAS. Ms/6.

Penulis Asal : Socrates - Konsep Pendidikan Hossain Baharun

0 comments:

Post a Comment

 photo tawakkal.gif
-
islamic-comment2.gif

Copyright @ 2013 Matarz_Wanz | Blog.