ZAMAN FALSAFAH SOCRATES, PLATO DAN ARISTOTLE.
Kemudian muncullah tokoh-tokoh yang agung
dalam bidang falsafah barat iaitu Socrates, Plato dan Aristotle.
Persoalan-persoalan tentang pandagan dunia mencapai kedalaman dan keluasan
sepenuhnya serta dimasukkan ke dalam skim pengertian dengan penggunaan akal.
Socrates mengalihkan falsafah dari langit ke bumi, ertinya sasaran yang
difikirkan bukan lagi alam semesta melainkan manusia. Selepas Socrates, anak
muridnya Plato menjadi salah seorang ahli falsafah yang agung dalam sejarah
falsafah barat. Pemikiran beliau merangkumi segala persoalan yang
mendahuluinya. Selepas beliau, anak muridnya Aristotle menjadi seorang ahli
falsafah yang dikagumi , baik di barat mahupun di timur. Aristotle
memperluaskan kesedaran falsafah meliputi segala bidang ilmiah , sambil
mengemukakan bidang-bidang baru seperti logik dan sebagainya. Kewibawaan Aristotle dalam bidang falsafah
barat amat besar sehinnga ajarannya menguasai pemikiran Skolastik dan
Neo-Skolastik. Asas-asas pemikirannya serta tujuan metodenya disusun dalam
bentuk pengertian yang sehingga kini
masih disanjung tinggi oleh masyarakat sedunia. Socrates, Plato dan Aristotle
memberikan segala sumbangan yang tidak berkubur bersama Zaman Yunani. Mereka
juga mewujudkan pembetukan sistem yang besar dan luar biasa.[1]
Gambaran Socrates
BIOGRAFI SOCRATES
Socrates dilahirkan di
Athena [2](
470 S.M ). Dia bukan keturunan bangsawan atau orang berkedudukan tinggi.
Melainkan anak dari seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang
bidan bernama Phaenarete[3].
Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates manggantikannya sebagai pemahat.
Tetapi akhirnya dia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan
filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.
Di masa mudanya Socrates mendapat
pendidikan normal dibidang sains, musik dan gimnastik. Semua ini merupakan
subjek pelajaran yang berlaku umum dalam priode Yunani kuno. Dia dikenal juga
sebagai pematung dan beberapa karyanya pernah ditampilkan disalah satu tempat
di jalan menuju ke Acropolis di Athena.
Socrates mempunyai kepribadian
yang sabar, rendah hati, yang selalu menyatakan dirinya bodoh. Meskipun dia
orang yang berilmu, tapi dia dalam memilih orang yang jadi istri bukan dari
golongan orang baik-baik dan pandai. Socrates Xantippe menikah dan memiliki
tiga orang anak: Lamprocles, Sophroniscos dan Menexene. Selama hidupnya dia
mengambil bagian pada tiga kampanye militer: pada awal perang Peloponesis,
antara 432-429 SM, di 424 SM dalam pertempuran di Delion dan di 422 dalam
ekspedisi Amphipolis.
Masa Socrates bertepatan dengan
masa kaum Sophist. Karena itu pokok pembahasan filsafat Socrates hampir sama
dengan pokok pembahasan kaum Sophist. Tetapi ada perbezaan yang nyata antara
pendapat Socrates dan pendapat kaum Sophist itu. Dengan sekuat tenaga Socrates
menentang ajaran para Sophist. Dia membela yang benar dan yang baik sebagai
nilai obyektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Dalam
sejarah umat manusia, Socrates merupakan contoh istimewa dan selaku falsafah
yang jujur juga berani. Karena populernya, Socrates yang tidak pernah
bergambar, tergambar wajahnya dengan sejelas-jelasnya di muka tua dan muda
berbagai keturunan. Dari gambarnya yang tergambar dalam jiwa setiap orang itu
kemudian orang membuat patungnya yang serupa sekali dengan wajahnya yang
sebenarnya.
Pada tahun 399 M, usia 37 tahun
dia diadili di pengadilan Athena dan dituntut hukuman mati dengan tuduhan dia
telah meracuni pemikiran kaum muda
dengan ajaran-ajarannya serta ketidak percayaannya pada ketuhanan (dewa-dewa),
oleh para penuntutnya : Meletos, Anytos, dan Lycon. Socrates menolak Lysias,
pengacara dan membela dirinya. Dia telah tinggal di penjara selama 30 hari dan
selama waktu ini menerima kunjungan dari teman-temannya. Mereka mengusulkan dia
rencana melarikan diri, tetapi Socrates menolaknya. Tidak sedikitpun Socrates
takut dengan hukuman yang diterimanya, bahkan seorang temannya, muridnya maupun
tentara yunani saat itu, meminta Socrates untuk menarik kata-kata dan
pemikirannya. Namun ternyata Socrates justru memilih mati daripada mengkhianati
kebenaran yang sudah diyakininya karena Bagi Socrates, mati dalam keyakninan
lebih bernilai daripada mengorbankan keyakninan itu sendiri. Socrates
berdedikasi jam terakhir hidupnya untuk percakapan dengan teman-temannya pada
tema keabadian jiwa. Dia telah mandi dan sebelum matahari terbenam ia minum
cangkir dengan racun dan kata-kata terakhirnya adalah: “Criton, aku berutang
Asclepios satu ayam, jangan lupa untuk memberikannya”. Socrates meninggal pada
tanggal 7 Mei 399 SM[4].
PEMIKIRAN SOCRATES
Bagi Socrates, falsafah bukanlah
isi, bukan hasil, dan bukan juga ajaran yang berdasarkan dogma [5]yang
tidak bisa dibantah, melainkan fungsi yang hidup. Falsafahnya mencari
kebenaran, dia tidak mengajarkan, melainkan membantu mengeluarkan apa yang
tersimpan di dalam jiwa orang[6].
Oleh karena itu, metodenya disebut maieutik; menguraikan. Dalam mencari kebenaran,
Socrates menggunakan hobinya, yakni selalu bertanya. Dia bertanya sana-sini,
kemudian dipahaminya dengan baik apa yang telah dia pertanyakan. Maka jalan
yang ditempuhnya dengan metode induksi dan definisi. Induksi menjadi dasar
definisi. Induksi yang dimaksud socrates adalah dengan membandingkan secara
kritis. Tentu yang dibandingkan adalah hasil dari pertanyaan-pertanyaan yang
telah dia kumpulkan. Menurut Socrates, orang yang berpengetahuan dengan
sendirinya berbudi baik. Apabila budi adalah tahu, berdasarkan timbangan yang
benar, maka jahatnya dari orang yang tidak mengetahui karena tidak mempunyai
pertimbangan atau penglihatan yang benar. Namun jika kita melihat pada era
sekarang, ternyata tidak hanya yang tidak tahu saja yang jahat, yang tahu pun
bisa lebih jahat dari yang tidak tahu karena mereka bisa memanipulasi dan
mencari-cari celah dari apa yang telah dia ketahui. Justru kejahatan dari
orang-orang yang berpengetahuan inilah yang lebih berbahaya.
Socrates juga berbicara tentang
keadilan, menurutnya keadilan adalah melaksanakan apa yang menjadi
fungsi/pekerjaan sendiri sebaik-baiknya tanpa mencampuri fungsi/pekerjaan orang
lain (the practice of minding one’s own business). Keadilan akan terwujud jika
melakukannya secara baik, apapun sesuai dengan kempampuan dengan cara teamwork
dan serasi dibawah pengarahan yang paling bijaksana (Filsuf). Fungsi tiap pihak
dalam masyarakat adalah dapat melakukan sendiri, sesuatu yang dapat
dilaksanakan secara lebih baik daripada mengerjakan hal lain. Dan tiap hal yang
dikerjakan mengandung kebajikan (virtue).
Terkait dengan pembahasan
sebelumnya, Bartens menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini. Ajaran itu
dutujukan untuk menentang ajaran relativisme Sophist. Dia ingin menegakkan
sains dan agama. Kalau dipandang sepintas lalu, Socrates tidaklah banyak berbeza
dengan orang-orang Sophist. Sama dengan orang Sophist, Socrates memulai
filsafatnya dengan bertolak dari pengalaman sehari-hari. Akan tetapi, ada perbezaan
yang amat penting antara orang Sophist[7]
dan Socrates. Socrates tidak menyetujui kaum Sophist.
Menurut pendapat Socrates ada kebenaran objektif, yang tidak
bergantung pada saya atau pada kita. Ini memang pusat permasalahan yang
dihadapi oleh Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran obyektif, Socrates
menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui
percakapan – percakapan. Dia menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang
mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak salah, misalnya dia bertanya kepada
negarawan, hakim, tukang, pedagang, dsb. Menurut Xenophon, dia bertanya tentang
salah dan tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan pengecut dll. Socrates
selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban
-jawaban lebih lanjut dan menarik kensekuensi-konsekuensi yang dapat
disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama
tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, maka
hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini
diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitulah seterusnya. Sering
terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia ( kebingungan ). Akan tetapi,
tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna.
Metode yang biasa digunakan Socrates biasanya disebut dialektika yang berarti
bercakap- cakap atau berdialog. Metode Socrates dinamakan “diaelektika” karena dialog mempunyai
peranan penting didalamnya. Bagi Socrates pada waktu itu penemuan definisi
bukanlah hal yang kecil maknanya, penemuan inilah yang akan dihantamkannya
kepada relatifisme kaum Sophist.
Orang Sophist beranggapan bahwa
semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang
bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang Sophist
bahwa pengatahuan yang umum ada, yaitu definisi itu. Jadi, orang Sophist tidak
seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan
sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah pengetahuan yang kebenaranya
relatif. Socrates mengungkapkan bahwa memang ada pengetahuan yang umum, itulah
definisi.
Dengan mengajukan definisi itu
Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi relatifisme kaum Sophist. Jadi,
kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran sains dan agama dapat dipegang
bersama sebagainya, diperselisihkan sebagainya. Dan orang Athena mulai kembali
memegang kaedah sains dan kaedah agama mereka.
Konsepnya tentang roh, terkenal
tidak tentu ( indeterminate ) dan berpandangan terbuka (openminded ), jelas-
jelas tidak agamis dan terlihat tidak mengandalkan doktrin-doktrin metafisik
atau teologis. Juga tidak melibatkan komitmen-komitmen naturalistik atau fisik
apapun, seperti pandangan tradisional bahwa roh adalah “ nafas “ yang
menghidupkan. Sebenarnya juga tidak jelas bahwa ia sedang mencari kesepakatan
bagi pendapatnya bahwa telah mengetahui dirinya sendiri. Oleh sebab itu haruslah
dia mengenal dirinya lebih dulu. Maka dijadikanlah diri manusia oleh Socrates
jadi sasaran filsafat, dengan mempelajari substan dan sifat – sifat diri itu.
Dengan demikian menurut Socrates filsafat hendaklah berdasarkan kemanusiaan,
atau dengan lain perkataan, hendaklah berdasarkan akhlak dan budi pekerti.
Socrates diakhir – akhir hidupnya
banyak memperkatakan tentang akhirat dan hidup yang abadi kelak dibelakang
hari. Dia mempercayai adanya akhirat, dan hidup yang abadi dibelakang hari itu,
begitu juga tentang kekalnya roh. Socrates berpendapat bahwa roh itu telah ada
sebelum manusia, dalam keadaan yang tidak kita ketahui. Biarpun, roh itu telah
bertali dengan tubuh manusia, tetapi diwaktu manusia itu mati, roh itu kembali
kepada asalnya semula. Sedangkan tentang mengenal diri Socrates menjadikan
pedoman seperti pada pepatah yang berbunyi : “ kenalilah dirimu dengan dirimu
sendiri [8]”
( Gnothisauton ). Pepatah ini dijadikan oleh Socrates jadi pokok filsafatnya.
Socrates berkata : manusia hendaknya mengenaldiri dengan dirinya sendiri,
jangan membahas yang diluar diri, hanya kembalilah kepada diri.
Manusia selama ini mencari
pengetahuan diluar diri. Kadang – kadang dicarinya pengetahuan itu didalam
bumi, kadang – kadang diatas langit, kadang – kadang didalam air, kadang –
kadang diudara. Alangkah baiknya kalau kita mencari pengetahuan itu pada diri
sendiri. Dia memang tidak mengetahui dirinya, maka seharusnya dirinya itulah
yang lebih dahulu dipelajarinya, nanti kalau dia telah selesai dari mempelajari
dirinya, barulah dia berkisar mempelajari yang lain. Dan dia tidak akan selesai
selama – lamanya dari mempelajari dirinya. Karena pada dirinya itu akan
didapatnya segala sesuatu, dalam dirinya itu tersimpul alam yang luas ini.
Menurut filsafat Socrates segala
sesuatu kejadian yang terjadi di alam adalah karena adanya “ akal yang mengatur
” yang tidak lalai dan tidak tidur.[9]
Akal yang mengatur itu adalah Tuhan yang pemurah. Dia bukan benda, hanya wujud
yang rohani semata – mata. Pendapat Socrates tentang Tuhan lebih dekat kepada
akidah tauhid. Dia menasihatkan supaya orang menjaga perintah – perintah agama,
jangan menyembah berhala dan mempersekutukan Tuhan.
Tujuan filoSophist Socrates ialah
mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Di sini berlainan pendapatnya
dengan guru-guru Sophist, yang mengajarkan bahwa semuanya relative dan subjektif
dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa
kebenaran itu tetap dan harus dicari.
Dalam mencari kebenaran itu, ia tidak mencari sendiri, melainkan
setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan Tanya jawab. Orang ke dua
itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak
bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan berdialog
itu sendiri. Dia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang
tersimpan di dalam jiwa orang itu. Oleh sebab itu metodenya disebut Maieutik, menguraikan.
ANAK MURID SOCRATES
PLATO
(428-348 SM)
Plato telah dilahirkan dalam kalangan
Aristokrat di Athens pada tahun 427 SM. Kehidupan zaman beliannya dipenuhi oleh
suasana kekacauan politik. Di Bandar tersebut kerajaaan demokrasi telah
dijatuhkan oleh kumpulan oligarki yang zalim pada tahun 411 SM. Ia kemudiannya
digantikan oleh kerajaan demokrasi pada tahun 403 SM yang mengongkong kebebasan
berfikir yang telah dibawa oleh Socrates. Ketidakstabilan politik dan tekana
golongan imperialisme telah mencorakkan penulisan Plato tentang politik.
Selepas Sembilan tahun kematian Socrates,
Plato telah mengembara ke Mesir kemudiannya ke Magna Gracesia dimana beliau
telah bertemu dengan ahli-ahli falsafah Phytogarean. Beliau kemudiannya kembali
ke tempat asalnya dengan mengasaskan institut pengajian yang dinamakan Academy.
Plato meninggal pada tahun 348 SM. Semasa penaklukan Philip ke atas Bandar
Athens.[10]
(Brehier 1962, 88-89)
Adalah tidak benar anggapan yang
mengatakan bahawa Plato hanya menekankan aspek taakulan lebih dari segalanya.
Apa yang ditekankan oleh beliau ialah dalam sesuatu teori manusia hendaklah
menggunakan akal fikirannya atau menumpukan kepada aktiviti taakulan[11]
di samping merujuk kepada pengalaman bersifat praktikal ataupun kembali kepada
observasi. Namun apa yang lebih ditekankan oleh beliau ialah hanya melalui
proses pemikiran yang jitu lagi sistematik, maka seseorang boleh menggunakan
akal dengan sebaik yang mungkin.
Dari segi sikap keagamaannya pula, beliau
adalah merupakan seorang ahli falsafah yang mempunyai kepercayaan agama dengan
membawa pendekatan bahawa kewujudan tuhan boleh dibuktikan melalui aktiviti
taakulan atau secara rasional. Umpamanya beliau berpendapat bahawa di sebalik
dunia alam pancaindera yang bersifat tidak sempurna, terdapat sesuatu yang
sifatnya lebih sempurna iaitu dunia Form (World of Forms). Sifat dunia
pancaindera atau fizikal adalah tidak tetap kerana terikat kepada ukuran masa
dan tempat yang sentiasa bergerak dan berubah. Keadaan ini adalah mustahil
untuk disifatkan kepada Forms. Oleh yang demikian Plato menyimpulkan Forms
adalah `the principles and stability`.
Beliau juga menambah bahawa segala benda
di dalam alam ini adalah tidak mungkin dapat bergerak dengan sendirinya kecuali
melalui satu ruh (soul) yang terikat kepada undang-undang atau hukum. Ia
bukanlah semata-mata satu ruh sebaliknya merupakan ruh yang mempunyai keupayaan
untuk berfikir (rational soul) yang bertindak melalui alam yang dinamakan
Tuhan.
NATURE
PENULISAN PLATO
Secara
keseluruhannya beliau merupakan seorang pemikir yang sistematik yang selalu
memberi nafas baru melalui penulisannya. Apa yang menarik ialah kejayaannya
menghubungkan antara satu karya dengan karya yang lain. Umpamanya perbincangan
beliau di dalam Theatetus mengenai tanggapan pancaindera mempunyai kaitan rapat
dengan permasalahan kenikmatan psikologi di dalam karyanya Philebus.[12]
Walau bagaimanapun berbeza dengan
ahli-ahli falsafah yang lain, penulisan beliau disampaikan didalam tiga bentuk
utama iaitu drama, diskusi atau dialog dan pendedahan secara berterusan
(continuos exposition), yang meliputi berbagai subjek perbincangan. Di dalam
konteks drama, Plato telah menampilkan karektor-karektor dengan dimulakan
Socrates dan diikuti oleh mereka yang dikawani olehnya seperti ahli-ahli
falsafah Sophist, ahli-ahli falsafah, kalangan aristocrat dan ahli-ahli politik
Bandar Athen. Sebahagian daripada mereka ada yang masih hidup pada
zamannya dan sebahagiannya mempunyai
ikatan kekeluargaan dengannya.
Manakala dalam konteks kedua iaitu
diskusi, ia merupakan satu siri hipotesis terhadap sesuatu. Selepas
perbincangan dilakukan hipotesis tersebut akan diterima atau ditolak
berdasarkan kebenarannya. Jika ditolak ia akan mengemukakan hipotesis kedua dan
seterusnya sehingga menemui jawapan yang sebenar. Contohnya Charmides telah
disoal oleh Socrates tentang nature sophyrosyne, lalu ia mendifinisikannya
sebagai `in acting with order and deliberation`. Tetapi selepas perbincangan
beliau telah memberi definisi sophyrosyne sebagai salah satu `the finest thing`
di mana wujudnya pertentangan dengan fahamannya yang pertama tadi, maka Charmides
perlu mengemukakan pengertian yang lain.
Peranan Socrates ialah mendorong kepada
pembentang sesuatu idea atau menguji kefahaman respondannya kepada sesuatu
kebenaran. Bentuk ketiga penulisan Plato, pendedahan berterusan, dimana sesuatu
perkataan itu seolah-olah dikeluarkan daripada mulut seseorang penutur
seperti Protagoras sedangkan sebenarnya
ia dipaksa oleh Plato untuk berbuat demikian[13]
(Brehier 1969, 92-99).
Sebenarnya terdapat percanggahan pendapat
tentang siapakah sebenarnya juru bicara di dalam karya-karyatersebut kerana
Socrates langsung tidak menampilkan dirinya. Terdapat kalangan minoriti
berpendapat bahawa ia sebenarnya adalah hasil karya Socrates sendiri, walau
bagaimanapun pendapat ini disangkal oleh kebanyakan pengkaji yang berpendapat
ia adalah hasil karya Plato sendiri.[14]
(Fried 1934, 282-292).
PENUTUP
Socrates hidup kira-kira pada
tahun 470-399 SM. Dia orang yang taat beragama, meyakini dasar – dasar
pengetahua. Socrates adalah orang pertama pada masa Yunani kuno yang
berusaha membangun fondasi falsafahnya untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat terhadap ilmu pengetahuan yang pada masa itu melemah karena pengaruh
negatif kaum Sophist[15].
Menurut sejarah, dia berpendapat bahwa yang benar secara objektif itu ada, itu
dapat di pegang. Kebenaran yang relative juga ada. Dia berusaha mengajak
pemuda-pemuda Athena untuk mempercayai adanya kebenaran objektif, yang dapat
dipegang. Dia mengajak pemuda-pemuda itu kembali mempercayai agama mereka
dengan menggunakan metode dialetika, dengan bercakap-cakap ke
sana ke mari dan berhasil membuktikan adanya kebenaran yang objektif. Definisi
atau pengertian umum merupakan penemuan Socrates yang terpenting. Ringkasnya,
dia berhasil menyadarkan pemuda Athena bahwa ada kebenaran yang umum dan dapat
dipegang, dan agama harus dianut kembali. Akan tetapi, hasil ini harus ditebus
dengan hukuman mati dengan meminum racun, berdasarkan keputusan pengadilan
Athena atas tuduhan telah merosakkan moral dan tidak mengakui adanya Dewa-dewa
oleh Meletos, Anytos, dan Lycon.
Sedangkan hikmah[16]
yang dapat kita ambil dari pemikiran Socrates adalah diterapkanya Etika dalam
dunia pendidikan maupun dalam budaya melayu. Karena Socrates dikenal
sebagai tokoh dan sumber etika atau falsafah moral, dan juga falsafah secara
umum
[1] Falsafah Ammah,
Muzakarah Mahasiswa Ijazah, Susunan Ustazah Fatimah Binti Ali Bin Abdullah,
KIAS. Ms/44-46.
[3] Falsafah Ammah,
Muzakarah Mahasiswa Ijazah, Susunan Ustazah Fatimah Binti Ali Bin Abdullah,
KIAS. Ms/44.
[4] Harun Hadiwijono, “Sari Sejarah Filsafat Barat 1”, Kanisius,
Jakarta, 1980, hlm. 32. (Harun
Haiwijono, 1980: 32)
[5] Dogma (dari bahasa Yunani, adalah kepercayaan atau
doktrin yang dipegang oleh sebuah agama atau organisasi.
[6] Luce, J.V 1992. An Introduction to Greek Philosophy. London: Thames
and Hudson Ltd.
[7] Sophist – Mereka merupakan pendatang luar daripada Athen yang
datang dengan berbagai kebudayaan dan bentuk pemikiran yang berbeza. Falsafah
Islam, Prof. Madya Dr.Ismail Mohamad, Ph.D. (Malaya), Pusat Pengajian Jarak
Jauh Universiti Kebangsaan Malaysia.
[8] Socrates Quotes : "know thyself" (Γνῶθι σαυτόν, gnóthi
sautón), Know Yourself – Socrates pdf.
[9] Pandangan falsafah
Socrates, Sejarah Falsafah Abad Pertengahan - Zaman Moden, Falsafah Islam, Ahmad Sunawari
Long, M.A (Nottingham).
[11] Taakulan – adalah kebolehan berfikir secara logik lebih kepada
aktiviti minda.
[15] Merupakan pendatang –
pendatang luar daripada Athens yang dating dengan berbagai kebudayaan dan
pemikiran. ( Perkembangan Falsafah Zaman Greek
[16] Falsafah Ammah,
Muzakarah Mahasiswa Ijazah, Susunan Ustazah Fatimah Binti Ali Bin Abdullah,
KIAS. Ms/6.
Penulis Asal : Socrates - Konsep Pendidikan Hossain Baharun